Jumat, 11 April 2014

Dia hanya seorang Relawan Kemanusiaan

Tak kasat mata inilah yang terjadi pada keseharian yang dialami lelaki bergigi runcing ini. kehidupan yang indah namun terselip ironi yang selalu dijalani bahkan terboikot oleh kaum yang memiliki kepercayaan lain, entahlah itu kebaikan semacam apa ? tidak banyak orang yang mengerti tentangnya bisa jadi karena dia banyak benteng-benteng kebaikan yang rapi.

Wanita itu lalu lalang sembari merasa berhati lain tidak cocok maka tidaklah perlu diajak untuk berkompromi merundingkan cerita tentang kemanusiaan. 

Lelaki itu merenungkan ujaran yang tersurat maupun tersirat. dia mencoba memahami dengan lokusi, ilokusi dan perlokusi. Dia menyadari betul dengan kejadian yang menimpanya. 

Seiring berjalannya waktu Dia menengadah memanjatkan doa kepada sang pemilik alam semesta, "apa yang terjadi pada saya, saya mohon ampun, beri rasa ikhlas, sabar, dan kuat, menjalani kehidupan yang indah ini."

Tidak berasa sudah berapa hari ini, suana semakin berbeda juga. Dia mencoba mengkondisikan jiwa dengan tenang agar baik-baik saja dan tidak ada yang dipermasalahkan. Tiba-tiba seronok ada omongan dari si pendengar itu langsung dari penutur. 

Pak tua itu menesahatinya, "kamu tidak perlu bersedih hati apa yang kamu alami semua sudah merasakannya sampai sekarangpun lubang tak kasat mata ini terus ada, jadilah jiwa yang besar." imbuhnya

Ditempat ini semacam kawah candradimuka berbagai macam polemik yang harus bisa dihadapi sendiri, kalau tidak terbiasa hatimu akan merasa sakit dan jiwa jadi lemah.

Pengkibulan "bully" sering terjadi pada sesama teman ini yang sudah berbudaya dikarangan yang penghuninya selalu siaga ini. turut prihatin apabila terlalu over akting nantinya juga toh menjadikan lubang kecil yang tak kasat mata, maka tak sepantasnya ironisme itu tidak didarah dagingkan kepada kawan.

Sewajarnya saja dalam pencangkrukkan namun adakalahnya tidak wajar kalau jauh dari sikap "Tepo Seliro", terasa mencengangkan tentang apa yang dialami sesama kawan yang tergerus ujaran pengledekan.

Sesaat dia sadar dari renungan setelah pak tua itu selesai memberi wejangan. Aku berharap orang-orang (terlibat) itu bisa menjembatani perasaan sesama saudara dan menjadikan keluarga yang sakinah mawaddah warohmah.

Seiring berjalannya rotasi bumi berputar hingga menjadikan pagi ke siang ke sore sampai malam. itu adalah kekuasaan sang pencipta "ALLAH swt", maka dari itu kita harus sadar diri karena kita adalah mahkluk kecil dan rendah. Tak seharusnya membuat sekat-sekat hitam.

Sekelebat Wanita itu tersenyum kepadanya. Dia memaknainya dengan indah dan penuh tanya, apakah itu ilokusi pujian atau ejekan. Terbesit waktu lalu mengidamkan kegiatan yang inovatif, kreatif dan aktif. Itupun sekarang menjadi abuh-abuh. Mungkin karena tidak ada kesempatan lagi.

Dia tidak pernah mengakiri jalan ceritanya dalam aksi kemanusiaan dengan putus asa, meski lelaki bergigi runcing dihujani hujatan dalam diam atau blak-blakan. Ini adalah bentuk dari cobaan hidup, maka pasti ada hikmanya.

Tetap dalam garis hati nurani dia menapakkan kaki sembari berdoa kepada Allah swt. "aku adalah makhluk yang diciptakan untuk beriman dan bertaqwa kepadanya, maka hilangkanlah membuat kebencian diantaramu."

0 comments: