Leadership oleh makrus sahlan
Seorang leader, ketika dia pergi ke rumah ibadah, ia memikirkan pergi memancing, pergi belanja, dan pergi kemana-mana. Di dalam rumah ibadah, pikirannya mengembara kemana-mana dipenuhi kebendaan.
Sementara spiritual leader, ketika ia pergi memancing, ia menyelaraskan pikirannya dengan Tuhan dan ciptaanNya. Apapun aktivitasnya, dipilihnya Tuhan sebagai pimpinan dan tujuan bagi kepemimpinannya. (Kira-kira, diantara kedua jenis pemimpin tersebut, mana yang dilihatNYA sebagai pemujaan yang paling asli?)
Sementara spiritual leader, ketika ia pergi memancing, ia menyelaraskan pikirannya dengan Tuhan dan ciptaanNya. Apapun aktivitasnya, dipilihnya Tuhan sebagai pimpinan dan tujuan bagi kepemimpinannya. (Kira-kira, diantara kedua jenis pemimpin tersebut, mana yang dilihatNYA sebagai pemujaan yang paling asli?)
Adalah Ian Percy, dalam bukunya, “Going Deep”, menggagas bahwa kepemimpinan dapat dijalankan dengan formula 30/30/20/20.
30% pertama adalah brain trust
Spiritual leader, menghabiskan 30% waktunya untuk berfikir. Ia memercayai dan mengembangkan kemampuan otaknya. Jika ia memiliki 40 jam kerja/minggu, maka 12 jamnya (2,5 jam/hari), digunakan untuk kegiatan berfikir. Berfikir adalah bagian aktif dari serangkaian keahlian kepemimpinan.
Banyak
senior yang ketika mempunyai lebih banyak lagi tanggung jawab, justru
lebih sedikit punya waktu berfikir. Padahal, berfikir akan mengembangkan
kemampuan intuitif, membuat lebih terbuka, aktif, kreatif dan
berkembang secara berkesinambungan..
Mungkin
ada yang protes. Pemimpin, harusnya “mengetahui”, bukan hanya
refleksi/berfikir. Betul! Tetapi untuk berfikir, kita tak perlu berhenti
melihat/mengetahui. Berfikir menjembatani apa yang kita ketahui
sekarang, dengan masa depan organisasi.
Berfikir
dapat dirangsang melalui membaca. Sangat penting memperluas rentang
pengetahuan dan mencoba tidak terlalu membatasi buku-buku bacaan. Sesekali diperlukan keluar dari zona nyaman intelektualitas. Contoh ekstrim dari kegiatan berfikir adalah berani menyeberang sejenak mendalami al kitab agama lain dan mengetahui isinya. Jangan ragu membaca buku-buku yang menggelisahkan atau bahkan membosankan. Muhammad SAW, Kristus, Gandhi, Dalai Lama, Konfusius, adalah contoh bacaan yang dapat melatih kepekaan pikir.
30% ke dua adalah Komunikasi
Spiritual leader menghabiskan 2,5 jam sehari, untuk memastikan bahwa komunikasi di dalam dan di luar organisasi berjalan dengan efektiv.
Ketika
mengunjungi bagian produksi, ia membawa berita dari bagian R&D dan
bagian Marketing. Saat mengunjungi bagian expedisi, ia membawa berita
dari bagian penjualan. Saat mengunjungi bagian administrasi, ia membawa
kabar tentang “perjuangan” dan “kemenangan”, yang harus dicatat.
Apapun
yang ia bawa, pesan spiritualnya adalah “kita adalah satu”, “kita
adalah tunggal”, “kita adalah tak terbagi”. Indikasi bahwa komunikasi
berjalan efektiv adalah bahwa setiap bagian mengetahui kegiatan
organisasinya secara utuh.
Siapa contoh komunikator yang baik itu?
“Layaknya seorang kapten pesawat. Ia mengenalkan dirinya dan memberitahu bahwa ada seorang yang lain yang duduk disampingnya. Suaranya penuh percaya diri dan mengalir lancar, memberitahu progress penerbangan.
Ia memberitahu dimana kita berada, dipandang dari titik tujuan. Ia memberitahu perkiraan tiba di bandara tujuan. Kadang ia memperlihatkan hal-hal yang dapat kita saksikan sepanjang perjalanan, yang mungkin tidak pernah kita sadari, jika kita tidak diberitahu.
Kita bahkan mengetahui bagaimana laporan cuaca terkini di tempat tujuan. Jika ada masalah yang akan mempengaruhi kenyamanan perjalanan, kita diberitahu sebelum benar-benar terjadi. Ia mengajari kita bagaimana menjaga keselamatan diri sendiri selama turbulensi udara.
Ia memastikan bahwa kita tahu kapan semua itu akan berakhir. Terkadang ia mengunjungi kabin penumpang, untuk bertatap muka dengan orang-orang yang telah mempercayainya. Ia berharap mendapat penghormatan ini di masa-masa yang akan datang. Sebuah model komunikasi yang layak diteladani!”, Demikian saya merujuk apa yang disampaikan Ian.
Ia memberitahu dimana kita berada, dipandang dari titik tujuan. Ia memberitahu perkiraan tiba di bandara tujuan. Kadang ia memperlihatkan hal-hal yang dapat kita saksikan sepanjang perjalanan, yang mungkin tidak pernah kita sadari, jika kita tidak diberitahu.
Kita bahkan mengetahui bagaimana laporan cuaca terkini di tempat tujuan. Jika ada masalah yang akan mempengaruhi kenyamanan perjalanan, kita diberitahu sebelum benar-benar terjadi. Ia mengajari kita bagaimana menjaga keselamatan diri sendiri selama turbulensi udara.
Ia memastikan bahwa kita tahu kapan semua itu akan berakhir. Terkadang ia mengunjungi kabin penumpang, untuk bertatap muka dengan orang-orang yang telah mempercayainya. Ia berharap mendapat penghormatan ini di masa-masa yang akan datang. Sebuah model komunikasi yang layak diteladani!”, Demikian saya merujuk apa yang disampaikan Ian.
20% pertama adalah Mentoring dan Perencanaan Suksesi,
Spiritual leader mengalokasikan 1,5 jam/hari untuk konsultasi internal, pendampingan, mentoring/pelatihan, dan perencanaan suksesi.
Bagi pemimpin biasa, perencanaan suksesi dianggap tabu, sama halnya dengan bunuh diri. Ini mengancam perjalanan karirnya.
Namun
hasilnya, semata hanya menaikkan karir dirinya. Pemimpin biasa,
sepanjang hari memerintah orang-orangnya agar menyelesaikan detail
pekerjaan dengan bagus, sambil berucap “do your best”.
Banyak pemimpin biasa memang terlihat seperti pemimpin berkualitas. Mereka
berhasil naik ke puncak. Namun mereka tidak mampu membawa siapapun
kemana-mana. Prestasi maksimal mereka adalah, berhasil menciptakan sikap
keteraturan, ketundukan dan kepatuhan karyawan mereka.
Seorang spiritual leader, membantu orang-orangnya melakukan berbagai hal untuk diri mereka sendiri. Ia melakukan pembimbingan kuat dan bijaksana, ia juga menyerah-terimakan prosedur.
20% terakhir adalah Operasional!
Spiritual leader, mengalokasikan 20% waktunya untuk membaca/memahami laporan administrasi/keuangan perusahaan. Ia paham bagaimana kegiatan proses produksi berjalan dengan baik. Ia menemui konsumennya baik secara samar maupun terang-terangan untuk mendengarkan keluhan dan saran mereka.
Finally,
dalam praktik, formula ini mengalami proses. Awalnya bisa saja
10/10/10/70, tetapi semakin senior seorang pemimpin, mereka akan
bergerak menuju peran spiritual leader.
Spiritual leader tak kan terlalu lama terbelenggu dalam kompleksitas persoalan-persoalan masa lalu. Ini hanyalah gagasan. Keputusan ada di tangan pembaca. Semoga bermanfaat.
(Inspired by Ian Percy, in “Going Deep”)
"Hidup bagai sebuah buku, setiap babnya mengandung pelajaran-pelajaran yang harus dipelajari, terdapat pula soal-soal yang harus dikerjakan. Kadang kunci jawaban diberikan, kadang pula tidak"
Salam bahagia.
0 comments: