Sebuah Kebangkitan Sejati
Kemarin, 20 Mei 2012, hampir semua media cetak yang saya baca membahas tentang hari kebangkitan. Menurutnya, bertahun-tahun hari kebangkitan diperingati tetapi negeri ini belum juga bangkit secara signifikan. Korupsi bahkan semakin menggurita dan seolah semakin mustahil untuk dihapuskan.
Bagi saya, kebangkitan sejati itu bila kita mampu menjawab tiga pertanyaan mendasar dan jawaban pertanyaan itu menjiwai seluruh kehidupan. Tiga pertanyaan itu adalah: Dari mana kita? Untuk apa kita hidup? Dan, mau kemana setelah kehidupan ini berakhir?
Alam semesta, manusia dan kehidupan ini dulunya tidak ada, kemudian diciptakan oleh Allah. Artinya, kita berasal dari Allah.
Untuk apa kita hidup? Ketika menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan, Allah SWT juga menciptakan aturan. Agar alam semesta, manusia dan kehidupan tidak rusak maka ikutilah aturannya. Ikutilah “manual” yang telah dibuat oleh-Nya. Dialah yang menciptakan, Dialah yang paling tahu tentang apa-apa yang Dia ciptakan. Tugas kita menaati aturannya, tugas kita beribadah kepada-Nya.
Dengan pemahaman ini, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan tidak akan ada yang sia-sia. Semua bisa bernilai ibadah kepada-Nya. Kita akan menjadi manusia yang sangat bersemangat untuk berbuat kebaikan. Kita menjadi orang yang “serakah” untuk berbuat amal soleh dan kebaikan. Energi kita tak pernah habis.
Sesuatu itu bernilai ibadah apabila kita melakukannya benar, sesuai ketentuan-Nya. Selain itu, kita melakukan diniatkan semata-mata karena Allah (ikhlas). Apapun yang kita lakukan dengan benar dan ikhlas, itulah ibadah, tak ada yang sia-sia.
Mau kemana setelah kehidupan? Tergantung keberadaan kita di muka bumi. Bila kita taat mengikuti aturan-Nya maka kita akan ditempatkan di tempat orang-orang yang Dia cintai. Bila hidup kita bergelimang maksiat alias enggan menaati ketentuan-Nya maka kita akan ditempatkan di tempat yang amat rendah dan hina.
Ringkasnya, kita datang dari Allah, hidup untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali kepada Allah. Apabila sebagian besar kita menyadari dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, kebangkitan sejati negeri ini akan terwujud. Dan bukan hanya itu, kita pun akan siap menghadapi hari kebangkitan di akhirat nanti.
Bagi saya, kebangkitan sejati itu bila kita mampu menjawab tiga pertanyaan mendasar dan jawaban pertanyaan itu menjiwai seluruh kehidupan. Tiga pertanyaan itu adalah: Dari mana kita? Untuk apa kita hidup? Dan, mau kemana setelah kehidupan ini berakhir?
Alam semesta, manusia dan kehidupan ini dulunya tidak ada, kemudian diciptakan oleh Allah. Artinya, kita berasal dari Allah.
Untuk apa kita hidup? Ketika menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan, Allah SWT juga menciptakan aturan. Agar alam semesta, manusia dan kehidupan tidak rusak maka ikutilah aturannya. Ikutilah “manual” yang telah dibuat oleh-Nya. Dialah yang menciptakan, Dialah yang paling tahu tentang apa-apa yang Dia ciptakan. Tugas kita menaati aturannya, tugas kita beribadah kepada-Nya.
Dengan pemahaman ini, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan tidak akan ada yang sia-sia. Semua bisa bernilai ibadah kepada-Nya. Kita akan menjadi manusia yang sangat bersemangat untuk berbuat kebaikan. Kita menjadi orang yang “serakah” untuk berbuat amal soleh dan kebaikan. Energi kita tak pernah habis.
Sesuatu itu bernilai ibadah apabila kita melakukannya benar, sesuai ketentuan-Nya. Selain itu, kita melakukan diniatkan semata-mata karena Allah (ikhlas). Apapun yang kita lakukan dengan benar dan ikhlas, itulah ibadah, tak ada yang sia-sia.
Mau kemana setelah kehidupan? Tergantung keberadaan kita di muka bumi. Bila kita taat mengikuti aturan-Nya maka kita akan ditempatkan di tempat orang-orang yang Dia cintai. Bila hidup kita bergelimang maksiat alias enggan menaati ketentuan-Nya maka kita akan ditempatkan di tempat yang amat rendah dan hina.
Ringkasnya, kita datang dari Allah, hidup untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali kepada Allah. Apabila sebagian besar kita menyadari dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, kebangkitan sejati negeri ini akan terwujud. Dan bukan hanya itu, kita pun akan siap menghadapi hari kebangkitan di akhirat nanti.
0 comments: