Jumat, 11 April 2014

Tentang Kehilangan

Kehilanganmu sudah berhasil membuatku mencintai kesepian melebihi kesepian itu sendiri.
Masih terekam jelas di ingatanku, senja itu kau berhasil membungkam kosakata yang hendak kusampaikan, sebuah ungkapan rindu tak tertahan. Ketika sebuah abjad, merasa tidak mampu untuk berdiri sendiri diatas putihnya sehelai kertas tanpa bantuan sepasang tangan yang merangkai huruf tersebut.

Ketika warna sayap kupu-kupu yang kupelihara warnanya memudar perlahan, dan aku berharap dengan paletmu, warna-warna ceria itu kembali hadir.

Tetapi tanpa ditandai angin hardikmu datang dengan tiba-tiba laksana badai, dan kau arahkan telunjukmu kepadaku searah lurus jalanan sepi berjelaga.

Bertemankan pilu, bersahabatkan susah hati, aku patuh mengikuti telunjukmu yang terarah lurus, tanpa menangis kukemasi pecahan hati yang berserak, memasukannya dalam lipatan harapan, agar kelak bisa kembali merekat walau berbekas.

Pada ketiak luka yang mengangga aku berjalan pasif, kelebat kenangan tentang kita serupa relief bermunculan dengan teratur. Frasanya sungguh rapi.

Bahkan pada sudut trotoar waktu yang kulewati, bekas jejak kita beriringan masih nampak ranum merona.

Pun pada setiap persimpangan yang kita lalui, disana terdapat beratus bahkan beribu ceceran rindu yang tersemai.

0 comments: