Lalui Kehidupan
Matahari sudah tenggelam, bulan pun sudah purnama, namun rasa panas
masih saja mengikuti tubuh ini. Aku tetap menyalakan kipas angin dan
kumatikan lampu, supaya udara bisa lebih dingin dan dapat melelapkan
tidurku malam ini. Tetapi tetap saja masih terasa panas. Susah sekali
mata ini untuk dapat terpejam, berbaring dengan posisi bagaimanapun
tetap tak mampu mengantarkan aku pada rasa ngantuk.
Tiba-tiba fikiranku teringat dengan peristiwa-peristiwa tragis yang
aku dengar dan lihat akhir-akhir ini. Kecelakaan, iya kecelakaan sering
aku lihat beberapa waktu ini. Satu di antara kejadian-kejadian
menyedihkan dan selalu teringat dalam bayanganku adalah kecelakaan maut
yang menimpa 2 gadis remaja yang masih duduk dibangku kuliah. Oh Tuhan.. 20 Tahun itu usia yang masih indah, begitu sayangnya
Engkau Tuhan pada adik-adik ini, mereka harus meninggalkan keluarga
mereka dan teman-teman mereka. Mereka harus menutup semua impian mereka,
kenapa Tuhan? Kenapa mereka harus pulang ke pangkuanMu dengan cara yang
seperti itu? Lumuran darah membalut biru putih mereka. Buku, pensil,
penggaris, tas, sepatu, dan seragam kebanggaan mereka sebagai saksi bisu
pengantar kepulangannya padaMu Tuhan.
Pikiranku terus membayangkan kejadian hal itu, pikiranku berperang
dengan pikiran dan hatiku sendiri. Ada seribu pertanyaan yang hadir
dalam otakku. Kubayangkan semua itu seandainya terjadi padaku,
keluargaku. Sanggupkah merasakan semua itu? Sanggupkah aku seandainya
aku yang harus pulang saat ini? Harus meninggalkan semua kehidupanku
yang ada saat ini.
Kriiing.. kriiing… lamunanku terkagetkan oleh deringan nada sms.
Kubuka sms dapat ucapan selamat istirahat dari seseorang. Usai kubalas
sms, aku paksakan mata untuk terpejam dan akhirnya aku benar-benar dapat
tertidur pulas sekitar pukul 02.00 malam.
Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB, udara pagi ini masih saja terasa
panas tanpa pembaruan. Tiba-tiba aku teringat kembali lamnunanku tadi
malam. Mungkinkah aku takut mati? Sampai aku begitu terhantui dengan
peristiwa yang menyedihkan itu?
Entahlah.. yang aku tau kini, hidup itu
rahmat. Hidup itu adalah nyawa dan nyawa itu Cuma satu. Usia bukanlah
ukuran dari sebuah nyawa. Aku harus menghidupkan hidupku demi hidupku
dan kehidupan.
0 comments: