Senin, 03 Maret 2014

Lalui Kehidupan

Matahari sudah tenggelam, bulan pun sudah purnama, namun rasa panas masih saja mengikuti tubuh ini. Aku tetap menyalakan kipas angin dan kumatikan lampu, supaya udara bisa lebih dingin dan dapat melelapkan tidurku malam ini. Tetapi tetap saja masih terasa panas. Susah sekali mata ini untuk dapat terpejam, berbaring dengan posisi bagaimanapun tetap tak mampu mengantarkan aku pada rasa ngantuk.

Tiba-tiba fikiranku teringat dengan peristiwa-peristiwa tragis yang aku dengar dan lihat akhir-akhir ini. Kecelakaan, iya kecelakaan sering aku lihat beberapa waktu ini. Satu di antara kejadian-kejadian menyedihkan dan selalu teringat dalam bayanganku adalah kecelakaan maut yang menimpa 2 gadis remaja yang masih duduk dibangku kuliah. Oh Tuhan.. 20 Tahun itu usia yang masih indah, begitu sayangnya Engkau Tuhan pada adik-adik ini, mereka harus meninggalkan keluarga mereka dan teman-teman mereka. Mereka harus menutup semua impian mereka, kenapa Tuhan? Kenapa mereka harus pulang ke pangkuanMu dengan cara yang seperti itu? Lumuran darah membalut biru putih mereka. Buku, pensil, penggaris, tas, sepatu, dan seragam kebanggaan mereka sebagai saksi bisu pengantar kepulangannya padaMu Tuhan.

Pikiranku terus membayangkan kejadian hal itu, pikiranku berperang dengan pikiran dan hatiku sendiri. Ada seribu pertanyaan yang hadir dalam otakku. Kubayangkan semua itu seandainya terjadi padaku, keluargaku. Sanggupkah merasakan semua itu? Sanggupkah aku seandainya aku yang harus pulang saat ini? Harus meninggalkan semua kehidupanku yang ada saat ini.

Kriiing.. kriiing… lamunanku terkagetkan oleh deringan nada sms. Kubuka sms dapat ucapan selamat istirahat dari seseorang. Usai kubalas sms, aku paksakan mata untuk terpejam dan akhirnya aku benar-benar dapat tertidur pulas sekitar pukul 02.00 malam.

Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB, udara pagi ini masih saja terasa panas tanpa pembaruan. Tiba-tiba aku teringat kembali lamnunanku tadi malam. Mungkinkah aku takut mati? Sampai aku begitu terhantui dengan peristiwa yang menyedihkan itu? 

Entahlah.. yang aku tau kini, hidup itu rahmat. Hidup itu adalah nyawa dan nyawa itu Cuma satu. Usia bukanlah ukuran dari sebuah nyawa. Aku harus menghidupkan hidupku demi hidupku dan kehidupan.

0 comments: