Rasa Kehilangan
Masih
terekam jelas di ingatanku, senja itu kau berhasil membungkam kosakata
yang hendak kusampaikan, sebuah ungkapan rindu tak tertahan. Ketika
sebuah abjad, merasa tidak
mampu untuk berdiri sendiri diatas putihnya sehelai kertas tanpa bantuan
sepasang tangan yang merangkai huruf tersebut.
Ketika
warna sayap kupu-kupu yang kupelihara warnanya memudar perlahan, dan
aku berharap dengan paletmu, warna-warna ceria itu kembali hadir.
Tetapi
tanpa ditandai angin hardikmu datang dengan tiba-tiba laksana badai,
dan kau arahkan telunjukmu kepadaku searah lurus jalanan sepi berjelaga.
Bertemankan
pilu, bersahabatkan susah hati, aku patuh mengikuti telunjukmu yang
terarah lurus, tanpa menangis kukemasi pecahan hati yang berserak,
memasukannya dalam lipatan harapan, agar kelak bisa kembali merekat
walau berbekas.
Pada
ketiak luka yang mengangga aku berjalan pasif, kelebat kenangan tentang
kita serupa relief bermunculan dengan teratur. Frasanya sungguh rapi.
Bahkan pada sudut trotoar waktu yang kulewati, bekas jejak kita beriringan masih nampak ranum merona.
Pun pada setiap persimpangan yang kita lalui, disana terdapat beratus bahkan beribu ceceran rindu yang tersemai.
Kehilangan seorang pacar.....
BalasHapus